Sungaiku yang penuh sampah
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga (Kamus Istilah Lingkungan, 1994), suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis (Istilah Lingkungan untuk Manajemen, Ecolink, 1996), sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula (Tandjung, Dr. M.Sc., 1982).
Sungai sebagai aliran air sering hanya menjadi bak sampah berjalan oleh sebagian pandangan masyarakat, terutama masyarakat berpendidikan terbatas yang hidup di pinggiran sungai. Bukan hanya masyarakat yang tinggal di tepi sungai yang ikut andil membuat sungai penuh sampah, namun juga masyarakat sekitarnya yang kurang tahu dan kurang peduli dengan dampak dari perilaku buruk mereka. Hal ini turut didukung oleh tidak tersedianya tempat penampungan sampah yang memadai, sehingga akan lebih mudah bagi mereka untuk membuang sampah di sungai.
Sungai sebenarnya memiliki banyak fungsi, antara lain sebagai jalur transportasi (untuk sungai tertentu yang aliran airnya sedang dengan kontur flat dan tidak berbatu), sebagai tempat hidup dari beragam organisme (ikan, burung, buaya, kadal, biawak, beragam bentos, dsb) , sebagai aliran nutrien dari hulu ke hilir, sebagai sumber air minum, dsb. Namun, bagaimana ikan dan beragam organisme sungai dan tepi sungai ini mau survive jika habitat mereka telah penuh dengan sampah, zat beracun yang melampaui ambang batas. Kemungkinan yang bisa bertahan hidup hanya ikan sapu-sapu dan cacing rambut saja, karena mampu mentolerir pencemaran diluar ambang batas. Pencemaran air dengan sampah ini telah menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati sungai. Secara tidak langsung membuang sampah di sungai menyebabkan matinya organisme sungai. Jika saja ada undang-undang mengenai hak hidup hewan, banyak manusia harus di sidang karena melanggar hak asasi hidup hewan. Bukan hanya hewan yang kena dampaknya, namun manusia juga kena dampaknya. Secara tidak langsung manusia juga terkena dampak dari sungai yang kotor ini. Manusia tetap membutuhkan sungai untuk kebutuhan hidupnya. Manusia membutuhkan air minum yang berasal dari sungai (untuk yang gak pake sumur), manusia membutuhkan air sungai untuk mengairi kebun , sawah dan empang (kolam ikan). Jika air sungai telah terkontaminasi oleh logam berat, pestisida atau yang tidak dapat terurai secara alami, maka akan berdampak masuk ke rantai makanan manusia, yang dampaknya tentu akan panajang lagi ceritanya. Sungai yang kotor penuh sampah selain tidak indah di pandang mata juga menimbulkan aroma yang bikin pusing (terutama sungai-sungai di daerah jakarta utara).
Alangkah indahnya jika kepedulian sungai bukan hanya dilakukan oleh 1-2% penduduk Jakarta, melainkan oleh seluruh anggota masyarakatnya. Alangkah indanya jika pemerintah mau memfasilitasi warga untuk pengolahan sampah dan masyarakat mau bersama-sama memulai untuk menjaga sungai. Bisa dimulai dengan tidak membuang sampah di sungai lagi, pemerintah menyediakan tempat membuang sampah yang memadai atau memfasilitasi masyarakat yang melakukan pengolahan sampah. Bukan hal yang mustahil untuk membuat sungai di jakarta indah, bersih seperti di Singapura atau di Venice yang dijadikan transportasi yang mendatangkan turis dan devisa bagi negara. Kepedulian masyarakat, itu yang berat namun bukan mustahil untuk dimulai. Bukan mustahil membuat sungai Jakarta indah asal mau, serius bekerja sampai goal yang diinginkan tercapai, dan kerjasama yang baik dari seluruh lapisan masyarakat.
No comments yet.
-
Archives
- January 2013 (9)
- July 2010 (2)
- May 2009 (2)
- April 2009 (4)
- March 2009 (2)
- February 2009 (10)
- January 2009 (1)
- December 2008 (2)
- May 2008 (1)
-
Categories
-
RSS
Entries RSS
Comments RSS
Leave a Reply